Salah satu kepercayaan Suku Tolaki yang hingga saat ini masih dipercaya di tanah Konawe adalah tradisi ritual Mo’oli.
Menurut beberapa ahli keberadaan ritual mo’oli bagi masyarakat tolaki sangat erat kaitannya dengan adat istiadat atau budaya para leluhur yang hingga saat ini masih dijalankan. Bagi masyarakat tolaki pada umumnya orang yang menentang kepercayaan disebut “Pemali” atau dosa yang bisa membuat kita kualat.
Salah satu penggiat budaya tolaki, Ajomain Suruambo mengatakan, bagi masyarakat tolaki, ritual mooli yang artinya memohon kepada penghuni mahluk gaib agar dijauhkan dari bencana. Meski kata Ajomain, segala sesuatunya tetap bersandarkan kehendak Tuhan.
“Ritual mooli dilaksanakan kalau mau membuka jalan, bangunan. Tujuannya adalah kalau kita memohon kepada penghuni gaib alam ini. Dengan harapan apa yang kita bangun maupun kita kerjakan tidak akan ada lagi gangguan dari mahluk gaib. Ritual mo’oli juga biasa disebut pamitan kepada mahluk gaib.” ungkapnya.
Selain itu, Ritual mooli juga biasanya dilakukan ketika ada korban hilang. Seperti orang tenggelam korban kecelakaan yang dimana tempat korban kecelakaan itu dianggap sangat keramat.
“Karena siapa tau mahluk yang menyembunyikan jenasah korban. Sehingga dengan ritual mo’oli bisa membuka mata kita untuk melihat adanya korban yang sudah beberapa hari tidak ditemukan.”jelasnya.
Awal Mulanya Ritual Mooli Dilakukan
Ajomain yang juga Putubo Wonua lembaga Adat Tolaki (LAT) Konawe ini menyebut, awal mulanya ritual mo’oli dilakukan sejak adanya masyarakat tolaki pertama yang mendiami bumi konawe. Sehingga pada saat itu orang tolaki percaya kepada para dewa yang disebut sangia.
“Semenjak adanya manusia tolaki sampai zaman Kerajaan hingga saat ini di abad ke 5 ritual mo’oli masih dipercaya sebagai budaya para nenek moyang suku tolaki.” lanjut Ajomain
“Bahkan dengan melakukan ritual mo’oli ketiga orang yang dipercayakan melakukan ritual mooli dipercaya mampu melihat mahluk abstrak yang tidak terlihat seperti Jin atau dalam bahasa tolaki disebut owali sehingga dengan kebiasaan melakukan ritual terjadilah budaya dalam ritual mooli hingga hari ini.” ujarnya.
Proses Ritual Mo,oli
Dalam proses ritual Mo’oli, dilakukan oleh tiga orang yang dipimpin oleh seorang yang disebut “mbuakoi” yang mana mbuakoi ini orang yang dipercaya mampu mengucapkan mantra atau melantunkan mantra pengantar.
Tujuannya adalah memancing kedatangan mahluk gaib. Sementara dua orang pendamping yang berada di belakang mbuakoi disebut Sudono mbuakoi yang artinya penopang. Kedua orang Sudono mbuakoi ini dipercaya mampu menembus alam gaib.
“Jadi kedua Sudono mbuakoi inilah yag mampu mengetahui datangnya mahluk gaib itu. tugas mereka itu kalau prosesi ini diterima atau tidak. Kalau mahluk gaib datang berarti prosesi diterima namun kalau mereka tidak datang berarti prosesi belum diterima.” ujarnya
Lebih jauh, untuk menjadi seorang Mbuakoi dan sudono mbuakoi diperlukan keberanian. Ketiga orang ini berasal dari keturunan mbuakoi yang sudah diamanahkan oleh mbuakoi terdahulu.
Kalaupun bukan berasal dari keturunan biasanya mereka perlu pengajaran yang rutin dari mbuakoi sebelumnya. Bahkan untuk menjadi mbuakoi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni harus sinehengako atau pineseheako.
Sebelum melakukan proses Ritual Mo’oli para mbuakoi harus mempersiapkan segala sesuatunya seperti menyiapkan sesajen berupa pakaian satu pasang, kopiah (topi) sarung daun sirih, buah pinang yang dibelah empat, tembako yang digulung menggunakan daun palem hutan yang dalam bahasa tolaki Wiu.
Dalam ritual juga para umbakoi tidak lupa menyiapkan Koin dan emas yang mana emas ini menurut para leluhur mampu memikat penglihatan para jin. Sehingga para jin akan tertarik untuk datang di upacara mo’oli.
“Pengalaman dulu waktu pembukaan jalan di Kecamatan Meluhu. Sebelum mereka melakukan ritual mo’oli ada-ada saja kendala.” tutupnya. (***)