Kampung Konawe
Unaaha, – Begini nasib warga Desa Pereoa, Kecamatan Kapoiala Kabupaten Konawe. Desa yang notabene selalu kekurangan air disaat musim kemarau tiba harus kecewa dengan ulah Kepala Desanya.
Bagaimana tidak, harapan untuk mendapatkan air melalui pembuatan sumur bor malah tidak kesampaian. Anggaran pekerjaan empat titik sumur bor tahun 2016 hingga kini belum terealisasi.
Warga menduga anggaran pekerjaan tersebut “Dimangsa” oleh Kades setempat. Seperti yang dilaporkan salah satu warga yang meminta namanya dirahasiakan.
“Ada satu titik yang dilanjutkan. Tapi itu dikerjakan setelah cair dana 2017. Sementara yang kami taukan di anggaran 2016 sudah terima air dirumah warga,” tulisnya melalui akun masenggernya.
Ironisnya lagi tulisnya, satu titik sumur bor yang sudah dikerjakan hingga hari ini belum terpakai. Meski mesinnya sudah terpasang namun air yang diharapkan masyarakat belum juga ada.
“Mereka sudah pasangkan mesin tapi tidak ada airnya. Mungkin cuman akal-akalan saja sebagai bahan laporan,” tulisnya lagi.
Dia mengharap, agar kiranya pemerintah turun ke desa pasalnya warga sangat mengeluhkan dengan kondisi ini. Warga juga sangat kecewa anggaran yang masuk malah tidak dipergunakan semestinya.
“Kalau bisa kita cek lansung di lapangan. Karena sampai saat ini tidak di lanjutkan. Jujur saja, masyarakat di sini sangat mengeluh adanya anggaran yg masuk tapi tidak dinikmati,” tulis sumber.
Lanjut dia, saat ini dirinya sangat prihatin melihat kondisi warga yang masih mengandalkan air hujan sebagai kebutuhan sehari-hari. Meski sebagian warga sudah memiliki sumur namun saat musim kemarau sumur tersebut tidak dapat lagi digunakan.
“Untuk sementara kalau lagi hujan. Kita pake tada air hujan dulu. Kalau hujan adaji airnya. Kalau musim kemarau kering lagi, sementara jarak antara sumur kerumah warga kurang lebih 3 ratus meter.” tulis sumber.
Sementara kalau musim kemarau tiba kebutuhan buat minum dan memasak warga harus mengeluarkan uang untuk membeli air. Bahkan sebagian warga lainnya harus meminta air ke tetangga sebelah yang memiliki mesin.
“Kalau musim kemarau kita biasa beli air tower. Dengan harga 50 ribu satu tower. Ada juga yang pergi ambil air pake atrco ketetangga yang memiliki mesin air sendiri, itupun kalau musim penghujan,” lanjutnya.
“Yang ada mesin airnya yang agak mending tapi gimana kasian yang tidak ada mesin airnya,” tulisnya lagi.
Sumber mengharap, agar kiranya pemerintah segera turun tangan di Desa Pereoa. Ditulisnya, jika yang paling bertanggung jawab terhadap anggaran desa itu pihak aparat desa.
“Ada 3 orang yang kelola anggaran 2016. Kepala Desa Burhanudin Kabora, Sekdes namanya Muliadin dengan Ketua BPD Abu Sain,” tulis sumber sambil meminta tolong agar pemerintah secepatnya menindaklanjuti masalah ini. (KS/Red)