UNAAHA – Selain dikenal dengan penyuplai beras terbesar di Sulawesi Tenggara (Sultra), Kabupaten Konawe dijadikan sebagai efisentrum Investasi.
Bagaimana tidak, perusahaan industri terbesar di Indonesia timur ada di Kabupaten Konawe, yakni PT Virtue Dragon
Nikel Industri (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) yang berada di Kecamatan Morosi. Hadirnya dua perusahaan ini, membuka ruang bagi ribuan Tenaga Kerja Lokal (TKL) di Sultra untuk bekerja di sana.
Sejak dibukanya Lowongan kerja di perusahaan industri tersebut, saat ini tercatat setidaknya ada sekitar 15 ribu TKL sudah bekerja di dua perusahaan di Kawasan Industri tersebut.
Bahkan, perusahaan pemurnian nikel PT VDNI di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe juga serius dalam mengatasi kebutuhan pendidikan. Terbaru, perusahaan itu berencana akan membangun Politeknik Industri dalam waktu dekat kampus tersebut akan berada di dalam Kawasan Industri Morosi.
Politeknik tersebut akan dinamakan Virtue Dragon Institute of Technology dan akan dimulai proses pembanguannya pada tahun 2021 ini. Politeknik ini akan diprioritaskan
untuk warga lokal, karena diharapkan dapat menyerap siswa-siswi SMA/SMK yang baru lulus dari sekolah terdekat dengan Kawasan Industri Morosi, terutama yg berdekatan dengan area pabrik smelter untuk bisa praktik kerja.

Meskipun demikian, ke depannya penerimaan siswa akan dibuka untuk umum sehingga bisa menyerap siswa dari wilayah lain. Selain itu, Kerja cerdas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe di tangan Kery Saiful Konggoasa dan Wakilnya Gusli Topan Sabara bakal kembali terukir.
Di samping sektor andalan yakni pertanian, perikanan dan peternakan, Kery memandang investasi dari luar bakal menjadi jawaban atas keinginannya memajukan sekaligus memakmurkan daerah.
Bupati Konawe dua periode itu terus membuka ruang-ruang investasi di daerah otoritasnya. Teranyar, pemkab menggadang-gadang salah satu wilayahnya, yakni kecamatan Routa untuk dibangunkan kawasan mega industri baru di Konawe.
Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa mengatakan, dalam waktu dekat kawasan mega industri baru akan kembali hadir di daerah otoritanya itu. Tepatnya, di kecamatan Routa. Investor Tiongkok siap menyuntikkan dana segar sebesar 5 Miliar USD (sekira Rp 60 Triliun) untuk membangun kompleks pabrik nikel, lithium dan kobalt di wilayah paling barat Konawe itu.
Kery mengaku, dirinya saat ini sedang berjuang di pusat agar status Kecamatan Routa sebagai kawasan penyangga industri di Morowali (Sulawesi Tengah) bisa diubah menjadi kawasan inti industri.
Perjuangannya itu dilakukan untuk mempercepat masuknya investasi asing yang ingin membangun kompleks pertambangan di Routa berbendera PT. Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).

“Kita tidak menutup ruang terkait investasi, asalkan sesuai rambu-rambu aturan dari pemerintah. Sebab, investasi itu memberikan dampak positif, diantaranya bagi penurunan angka kemiskinan dan pengangguran di Konawe,” ujar Kery Saiful Konggoasa.
Politikus PAN Sultra itu menambahkan, mega industri di Routa direncanakan berada di atas lahan seluas 3.860 hektare. Di atas lahan itu, bakal dibangun semua infrastruktur pendukung dalam jangka waktu lima tahun.
Sementara itu, Wakil Bupati Konawe, Gusli Topan Sabara (GTS) saat mengunjungi pabrik kelapa sawit di Desa Wawolahambuti, Kecamatan Besulutu, sangat mengapresiasi perusahaan tersebut karena keberadaannya di tanah kerinduan Konawe sudah menyerap 350 pekerja lokal.
Pada kunjungan itu, GTS didampingi Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop) Konawe, Jahiuddin dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Syahrudin.
Rombongan disambut langsung Manager PT UAM, Wasito, serta para staf dan karyawan. GTS bersama rombongan diajak berkeliling pabrik untuk melihat proses pengolahan sawit, hingga mengecek langsung limbahnya.
Mantan Ketua DPRD Konawe itu pun memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Syahrudin untuk bekerja sama dengan PT UAM dalam rangka mengelola limbah pabrik menjadi pupuk organik.

“Kita ingin nanti ada kerja sama PT UAM dengan Pemda Konawe dalam hal pengelolaan limbah pabrik ini, agar bisa menghasilkan pupuk organik yang nantinya bisa dipakai untuk pertanian organik,” ujar GTS
Setelah puas berkeliling pabrik, GTS mengaku sangat mengaresiasi keberadaan PT UAM di Konawe. Selain sebagai sumber PAD, sebagian besar tenaga kerja yang diserap juga merupakan warga Konawe.
Berdasarkan laporan yang GTS terima dari pihak perusahaan, pabrik sawit PT UAM saat ini mempekerjakan 150 karyawan yang merupakan warga Konawe. Belum lagi tenaga outsourcing yang bekerja harian di perkebunan sawit PT UAM yang berjumlah 200 orang.
“Kalau yang 350 orang ini menghidupi istri dan dua anaknya, maka total jiwa yang menggantungkan hidup dari perusahaan ini mencapai 1.400 jiwa. Inilah yang sangat kita apresiasi, karena PT UAM telah berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan warga Konawe dengan membuka lapangan kerja bagi ratusan orang,” jelasnya.
Adapun hal lain yang perlu diperbaiki perusahaan lanjut GTS adalah terkait keluhan warga masalah bau limbah. Sebagai pemerintah, GTS meminta jajarannya di Dinas Lingkungan Hidup Konawe untuk mendampingi pihak perusahaan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Khususnya dalam membangun tiga kolam tambahan penampungan limbah pabrik.
“Kita ingin semuanya sama sama enak. Investasi yang masuk kita beri kenyamanan. Masyarakat yang juga berada di area investasi bisa hidup nyaman. Pola yang seperti ini yang kita harapkan,” pungkasnya. (Red)