KABARANOA.ID: JAKARTA – Program vaksinasi oleh pemerintah pusat bakal menyasar usia anak. Hal ini menjadi upaya maksimal dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Satgas Covid-19 dalam siaran persnya di laman https://covid19.go.id/, menjelaskan bahwa vaksinasi anak di Indonesia dimulai pada 2022 di kabupaten/kota yang telah mencapai target dosis 1 lebih dari 70% total sasaran dan lebih dari 60% populasi lanjut usia (lansia).
Pada 2022, direncanakan pengadaan baru untuk memenuhi kebutuhan 58,7 juta total dosis vaksin untuk melakukan vaksinasi pada 26,4 juta anak usia 6-11 tahun.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, pada awal November 2021, status vaksinasi di Indonesia sudah mencapai 204.913.735 suntikan dosis, termasuk 2,2 juta suntikan dari program Vaksin Gotong Royong.
Angka tersebut sudah mencakup vaksinasi dosis lengkap yang mencapai 40% dan vaksinasi dosis pertama mencapai lebih dari 60%, di seluruh Indonesia.
Capaian cakupan vaksinasi ini sudah melampaui target WHO yang mengharapkan hingga akhir tahun setidaknya minimal satu dosis untuk sekurang-kurangnya 40% warga di setiap negara.
Bahkan Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan jumlah suntikan tertinggi di dunia, bersama India, Amerika Serikat, Brazil, dan Jepang.
Sehingga dengan capaian ini, pemerintah bakal menggelar vaksinasi anak di beberapa kabupaten dan kota yang memenuhi syarat yakni dosis pertama lebih dari 70 persen.
Sementara itu, Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito dalam penjelasan pers yang disampaikan pada awal November 2021, menerangkan kasus Covid-19 di Indonesia untuk kelompok anak cukup banyak, yaitu mencapai 2,9% untuk usia 0-5 tahun dan 10% untuk usia 6-18 tahun.
Belum menentunya pandemi akan berakhir, maka sistem pelayanan kesehatan harus dapat mengantisipasi kemungkinan bertambahnya kasus Covid-19 pada anak, termasuk perlunya vaksinasi untuk usia anak. Olehnya, BPOM memberikan persetujuan terhadap penggunaan vaksin Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun.
Pertimbangan lain dalam menyetujui program vaksinasi ini, yakni dengan mulai diberlakukannya pembukaan sekolah tatap muka secara bertahap, dimana anak juga berpotensi menjadi pembawa virus Covid-19 setelah beraktivitas di luar rumah dan menularkannya kepada orang lain.
Persetujuan vaksinasi anak ini, diperoleh setelah dilakukan pembahasan dan pengkajian bersama Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) terhadap aspek khasiat dan keamanannya.
Aspek khasiat dan keamanan Vaksin Sinovac pada anak dinilai berdasarkan studi klinik di China dengan total subjek 1.050 anak yang menunjukkan penggunaan Vaksin Sinovac pada anak usia 6-11 tahun aman dan dapat ditoleransi dengan baik.
Profil keamanan pada anak usia 6-11 tahun sebesar 11%, sebanding dengan profil keamanan pada usia 12-17 tahun yang sudah disetujui sebesar 14%. Semua laporan kejadian tidak diinginkan (adverse events) yang teramati termasuk dalam kategori grade 1 dan 2 (ringan hingga sedang).
Terkait dengan efek pembentukan respons imun (imunogenisitas), vaksin ini pada anak usia 6-11 tahun, hasil pengamatan uji antibodi netralisasi 28 hari setelah vaksinasi dosis kedua, menunjukkan seropositive rates dan seroconversion rates mendekati 100%. Nilai titer antibodi (Geometric Mean Titre/GMT) pada anak lebih tinggi dari titer antibodi pada kelompok dewasa yang sudah diketahui efikasinya (GMT: 118,7 vs 14,1).
Dari hasil studi-studi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Vaksin Sinovac dengan pemberian dosis 600 SU aman dan memberikan respons imun yang baik pada anak usia 6-11 tahun.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, BPOM memutuskan bahwa permohonan penambahan indikasi vaksin Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun, dengan pemberian 2 dosis (600 SU atau 0,5mL/dosis) dalam interval pemberian 4 minggu, dapat diterima.
“Dengan persetujuan ini, maka vaksin Sinovac merupakan vaksin pertama yang disetujui di Indonesia untuk anak usia 6-11 tahun,” papar Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito.
Penny juga menyampaikan apresiasi kepada Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) serta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), atas kerja samanya.